Saya dan 2 teman saya berencana untuk ikut acara Kultum Supermentor 4 ini. Kami ingin menggali dan dapat ilmu dari orang-orang yang sudah berpengalaman di bidang masing-masing. Orang dengan banyak perjuangan dan kerja keras hingga jadi HEBAT! Apalagi pembicaranya keren semuanya. Bapak Dahlan Iskan, Bapak Ignasius Jonan, Bapak Yohanes Surya dan seorang bintang tamu. Entah siapa yang tidak disebutkan namanya di awal. Tentunya Host acara ini Bapak Dino Patti Djalal yang keren dan menginspirasi kita selalu!
Acara tersebut dilaksanakan di gedung XXI Djakarta Teater, Minggu, 26 Oktober 2014. Pukul 18.00-21.00 wib. Jiah! Saya terancam tidak bisa ikutan karena pesawat saya dari Lampung jam 19.00 wib. Akhirnya saya putuskan untuk merubah tiket pesawat menjadi pukul 15.00 wib. Syukurlah ternyata bisa dirubah dan hanya menambah biaya sebesar Rp.40.000,-. Pada hari Minggu kemarin, saya sudah sampai Bandara Raden Inten II, Bandar Lampung sekitar 14.00 wib. Setelah check in, petugasnya memberitahukan bahwa pesawat delay hingga pukul 16.00 wib. Oh! Saya agak emosi sih dalam hati. “Maaf, Mbak, apakah saya bisa pindah ke pesawat yang lebih awal?” “Maaf Pak, sudah tidak bisa lagi,” jawab petugasnya. “Kenapa Mbak, apakah sudah tidak ada tempat duduk lagi?” “Maaf Pak, tempat duduk masih ada satu. Tapi tidak bisa karena data sudah ditutup 5 menit yang lalu dan semua data sudah sampai di atas pesawat. Coba kalau bapak datang lebih awal pasti masih bisa.” “Ok, Terimakasih Mbak.” Salah saya juga sih nggak datang lebih cepat. 5 menit begitu berarti dan berharga tapi saya terlambat! Dengan sedikit nyesel dan kesel saya pergi ke coffee shop. Jadi masih menunggu 2 jam lagi nih. Enaknya ngopi sambil baca buku 50 tahun BDI.
Akhirnya sekitar jam 17.00 pesawat saya terbang dari Lampung. Wow! Begitu pesawat sampai di Bandara Soekarno-Hatta saya seperti seorang pelari di garis start yang menunggu aba-aba untuk lari. Saat pesawat berhenti sempurna saya langsung mengambil tas di kabin. Tapi saat mau lari di lorong pesawat sudah banyak orang berdiri di depan saya. Ya mau nggak mau harus antri dan menunggu. Akhirnya saya bisa keluar dengan cepat, beli tiket bus Damri, turun di dekat Hotel Millenium, lalu lanjut naik ojek ke XXI Djakarta Teater. Yes! Sampai juga akhirnya.
Sampai di dalam ruangan sudah penuh oleh sekitar 1.600 orang yang sebagian besar anak muda.WOW! Amazing! Keren! Saat itu di atas panggung Bapak Dino Patti Djalal sedang membuka acara tersebut. Terimakasih akhirnya saya bisa ikut dan tidak terlalu telat. Setelah Pak Dino, pembicara pertama yang naik ke atas panggung adalah Pak Dahlan Iskan.
Bapak Dahlan menceritakan bahwa di mana-mana dan dalam setiap kesempatan Beliau selalu menyuarakan agar anak muda maju dan berperan. Menurut beliau yang bisa lebih maju dan membuat perubahan adalah anak muda, wanita dan penguasa teknologi. Pak Dahlan sendiri saat memimpin Jawa Pos Group bilang bahwa pimpinan di perusahaan usianya nggak boleh lebih dari 40 tahun. Celakanya saat itu beliau berusia 40 tahun. Haha! Jadi mau nggak mau Beliau sendiri yang harus pertama kali keluar dari lingkup perusahaan. Saat itu perusahaan Beliau sekitar 150 perusahaan. Baliau membebaskan perusahaannya untuk memilih pemimpinnya asalkan orang yang terbaik untuk kemajuan perusahaan. Meskipun tidak ikut campur dalam pemilihan pemimpin perusahaan tapi Pak Dahlan meminta satu hak yaitu Beliau diberi hak untuk memberhentikan pemimpin perusahaan. Jadi, jika ada orang yang kerjanya nggak bagus Beliau bisa menghentikannya. Dan, sampai sekarang perusahaan-perusahaannya sangat berkembang dan sudah menjadi sekitar 300 perusahaan. Saat menjabat Menteri BUMN dan Dirut PLN gaji beliau tidak diambil. Hal ini bukan karena gagah-gagahan atau apa tapi karena memang beliau sudah berjanji untuk tidak bekerja lagi dengan alasan mencari uang karena sudah cukup akan hal itu.
Setelah tidak menjadi menteri lagi, beliau awalnya belum kepikiran akan ngapain. Ada orang diperusahaannya yang mengajak untuk kembali lagi mengurus perusahaan tapi itu tidak mungkin lagi. Apalagi setelah beliau tidak mengurus perusahaan tersebut sudah berkembang sangat pesat. Akhirnya sebulan kemarin beliau ingin jadi pengusaha kecil. Kegiatan ini sifatnya sosial tapi harus dikelola secara bisnis dan harus untung. Misi beliau daerah-daerah di pelosok Indonesia yang 10 tahun mendatang belum tersentuh oleh listrik PLN maka akan diciptakan listrik dengan sumber energi dari pohon Kaliandra Merah. Pohon ini kandungan kalorinya cukup tinggi dan setara dengan batu bara. Tapi untuk mengolah pohon kaliandra menjadi pellet yang akan digunakan untuk sumber energi listrik perlu alat pengolah. Pak Dahlan mengundang siapa pun di ruangan itu yang bisa menciptakan mesin tersebut untuk maju ke depan. Akhirnya ada 3 orang yang maju dan siap menjawab tantangan Pak Dahlan tersebut. Setelah itu Beliau menunjukan foto peralatan yang dimaksud. “Masak bikin alat kayak gini saja kita tidak bisa. Saya malu kalau harus mengimpor alat ini dari China. Kalau kita mau dan kerja keras pasti bisa menciptakan alat seperti ini,” katanya. Pohon kaliandra ditanam warga sekitar, lalu dijual ke perusahaan. Perusahaan menciptakan listrik dan dijual ke warga. Jadi uangnya tetap muter terus di daerah tersebut. Lalu siapa yang akan membuat alatnya? Siapkah kita menjawab tantangan tersebut?
Tampak 2 sofa mungil berada di samping kanan dan kiri meja yang dihiasi dengan bunga. 2 botol Equil dan 2 gelas kaca tampak bersanding di antar bunga tersebut. Btw, ini Pak Jonan kok belum datang juga ya. Apakah belum selesai acara pengumuman kabinet di Istana Negara? Sayang sekali kalau nggak bisa datang. Biasanya saya hanya melihat Beliau di tv mudah-mudahan malam ini bisa hadir dan membagi pengalamannya yang luar biasa pada kami.
Pak Dino dan seorang perempuan naik ke atas panggung. Helen Blanc, seorang Ibu dari Perancis yang berjuang untuk merawat anaknya yang dipenjara seumur hidup karena membawa narkoba. Pada awalnya hidupnya seperti biasa, memiliki 3 orang anak dan salah satunya Michael yang membawa narkoba ke Indonesia. Saat mendengar anaknya membawa narkoba dan akan disidang di Indonesia, beliau shock. Hatinya remuk redam dan pikirannya kacau. Akhirnya beliau memutuskan untuk ke Indonesia dengan berbekal tabungan keluarga dan bantuan dari saudara-saudaranya. Beliau meninggalkan suami, anak, saudara dan semuanya yang ada di Perancis. Beliau bukan orang kaya. Setiap hari beliau ke penjara di Bali, beliau mengunjungi anaknya dengan membawa nasi bungkus untuk anaknya. “Dengan uang sepuluh ribu rupiah saja sudah lengkap semuanya. Ada lauk-pauk dan sayuran,” kata wanita yang sudah lancar berbahasa Indonesia ini. Hal itu dilakukan setiap hari selama 15 tahun lebih di Indonesia. Wow! 15 tahun!
Waktu itu, beliau menyewa pengacara untuk membantu persidangan anaknya. Tapi semua uangnya habis untuk bayar pengacara tapi tidak ada hasil apa-apa. “Ada yang pengacara kita yang seperti itu?” Celetuk Pak Dino yang disambut tawa para hadirin. Akhirnya Ibu Helen memperlajari sendiri hukum Perancis dan hukum di Indonesia. Beliau berjuang sendiri sebagai seorang Ibu dan seorang ‘pengacara.’ Ibu Helen selalu berpesan kepada Michael. “ Kita ini patner. Kamu harus jaga kelakuanmu di dalam penjara. Jangan sampai terlibat dengan teroris maupun orang yang menggunakan dan menjual narkoba lagi. Sementara saya di luar bekerja keras untuk memperjuangkan dirimu. Kalau saya bekerja keras tapi sikapmu di dalam penjara tidak baik perjuangan kita tidak ada gunanya,. Ini semua akan sia-sia.” kenang Ibu Helen. Ibu Helen juga menulis sendiri surat untuk Presiden SBY agar anaknya mendapatkan keringanan hukuman. Pak Dino pun menceritakan sekilas perjumpaannya dengan Ibu Helen. Waktu itu Pak Dino menjadi staf Presiden SBY. Saat membereskan surat-surat di meja Pak Presiden SBY ada ratusan tumpukan surat yang mesti difollow up. Pak Dino saat itu melihat ada secarik kertas yang terlihat menonjol di antara tumpukan kertas tersebut. Setelah diambil dan dibaca surat tersebut berasal dari Ibu Helen. Akhirnya Pak Dino menelpon Ibu Helen untuk tahu lebih jelas mengenai permasalahannya. Dan, akhirnya Michael pun mendapat keringanan hukuman dari penjara seumur hidup menjadi 20 tahun saja. Doa seorang Ibu yang sayang pada anaknya terkabul.
Dalam menjalani masa hukumannya, Michael, beberapa kali dipindah mulai dari Bali, Porong, dan Madiun. Ibu Helen pun saat itu memutuskan akan menetap di Jakarta. Tapi sempat bingung juga untuk mencari tempat tinggal karena beliau tidak punya banyak uang. Waktu pertama kali mencari rumah untuk disewa ditunjukan rumah yang besar sekali. “Mungkin mereka pikir kalau orang kulit putih pasti kaya. Padahal saya orang biasa saja dan tidak punya banyak uang.” Akhirnya mereka menunjukan rumah yang lebih kecil. Dan dikasih tahu ada rumah yang di gang, kecil, tidak ada air panas dan tidak ada ac, adanya kipas angin saja. “Ya, itu yang saya mau lihat. Itu cocok dengan saya.” Kenang Ibu Helen dengan gembira disambut tawa para hadirin. Akhirnya Ibu Helen menyewa rumah tersebut. Selama di Jakarta Ibu Helen bekerja di panti asuhan Yatim Piatu. Seluruh gajinya saat bekerja disumbangkan ke Yatim Piatu tersebut. Ibu Helen mendapatkan uang dari bantuan saudaranya yang di Perancis dan teman-temannya yang mendirikan Yayasan khusus untuk membantu Michael. Berkat kegigihannya dalam mempelajari hukum dan memperjuangkan anaknya, Ibu Helen dipercaya oleh Pemerintah Perancis membantu tenaga kerja Perancis yang bermasalah dengan hukum di Indonesia. Setelah bertahun-tahun lamanya menunggu akhirnya Michael bebas. Pak Dino pun memanggil Michael untuk naik ke atas panggung, menghampiri dan menatap lekat mamanya. “Thank you so much my mom.” 3 Minggu yang lalu Michael mulai bekerja di sebuah restoran. Ibu Hebat dengan perjuangan yang luar biasa. Hemm. Menarik juga kalau cerita ini dibuatkan film atau sebuah buku yang lebih detail. Jadi Siapa yang mau nulis?
Pembicara ke tiga Bapak Yohanes Surya sudah siap berlari menuju ke arah panggung. Pak Dino menahannya karena MC akan keluar terlebih dahulu untuk memperkenalkan Beliau. Setelah diperkenalkan oleh MC, Pak Yohanes Surya melangkah ke atas panggung. Pak Yohannes Surya sebelumnya bekerja di intansi nuklir di Amerika Serikat dengan jabatan dan gaji yang oke. Tapi beliau mau kembali ke Indonesia untuk membangun bangsanya. Beliau ingin anak-anak Indonesia jadi juara Olimpiade fisika agar kepercayaan diri bangsa bisa naik. Pengalaman beliau yang diceritakan adalah saat pergi ke pendalaman Papua, di daerah Talikara. Anak-anak di sana susah sekali berhitung. Saat berhitung harus menggunakan lidi yang di susun di atas meja sesuai dengan angka yang dimasuk untuk di jumlah. Saat berkunjung ke salah satu SMA, beliau tanya ke salah satu siswa berapa 7+3. Ternyata tidak bisa menjawab, alasannya tidak ada lidi yang dapat digunakan untuk menghitung. Menurut Pak Yohannes Surya, tidak ada yang tidak bisa. Semua bisa kalau kita mau kerja keras. Akhirnya, dikirim guru-guru untuk mengajari anak-anak tersebut belajar Matematika dan Fisika. “Tidak ada anak ‘bodoh.’ Yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar.” Ternyata terbukti hal tersebut. Setelah 2-3 tahun anak-anak yang dari Tolikara tersebut jadi pintar dan bisa berprestasi di tingkat dunia. Sungguh membanggakan dan menambah kepercayaan diri bangsa, terutama masyarakat Papua. Berkat hal tersebut banyak daerah yang minta Pak Yohannes untuk mengajar dan membimbing siswa di daerahnya. Berkat perkataan Pak Yohannes bahwa tidak ada siswa yang bodoh tersebut akhirnya Pak Yohannes diminta untuk mengajar anak yang paling ‘bodoh’ di sana. Sudah 4 tahun tidak naik kelas. Setelah belajar dengan benar akhirnya anak tersebut pintar dan bisa berprestasi di tingkat nasional dan internasional. Wow! Akhirnya pada tahun 2006 Indonesia menjadi juara olimpiade Fisika. Kepercayaan diri bangsa makin meningkat! Kita Bisa! Tidak ada yang tidak mungkin.
“Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar. Dulu, Korea tidak ada bandingannya dengan Jepang. Tapi lihat sekarang Korea sangat maju sekali. Begitu juga dengan Cina dan India, sekarang sangat maju. Kita juga bisa menjadi Indonesia Hebat. Tahun 2021 Indonesia Jaya dan 2045 Indonesia jadi Negara Super Power!” kata Pak Yohanes penuh semangat.
Jreng! Saatnya pembicara terakhir Pak Ignasius Jonan. Dalam kesempatan tersebut MC mengucapkan selamat pada Pak Ignasius Jonan yang diangkat menjadi Menteri Perhubungan pada Kabinet Kerja Presiden Jokowi Dodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tepuk tangan 1600-an orang pun bergemuruh malam itu.
Menurut Pak Jonan saat masuk di KAI yang diperbaiki di awal adalah kultur bekerja. Kebanyakan tidak costumer oriented. “Kereta api ya adanya begini, kalau nggak mau ya udah.” Sepertinya begitu, karena seumur-umur tidak pernah ada kereta api promosi. Penumpang datang sendiri mencari. Untuk itu kultur kerja harus diubah. Karena pelanggan/penumpang yang memberikan makan pada kita. Kalau tidak ada mereka kita bisa? Prinsip tersebut yang selalu disampaikan pada pegawai KAI. Dulu gaji seorang kepala stasiun sebesar 2,75 juta rupiah. Pak Jonan sempat tanya, apakah beneran bersih? Ternyata Kepala Stasiun tersebut mengaku memang ‘main’ tapi sedikit. Bayangkan di sebuah stasiun dari parkir saja bisa dapat penghasilan puluhan juga rupiah. Menurut Pak Jonan yang penting kerjanya jelas, sesuai target dan dapat dipertanggungjawabkan. Saat ini penghasilan seorang kepala sebuah stasiun ada yang mencapai 21 juta rupiah per bulan. Gaji pegawai juga harus diperhatikan. “Ada juga seorang masinis yang sidejobnya mengojek karena gajinya kurang untuk biaya hidup. Kalau dia ngojek dan saat membawa kereta api mengantuk bagaimana keselamatan penumpang? Padahal keselamatan adalah hal yang paling penting dalam transportasi umum.” Sepertinya tidak sedikit juga yang mengalami hal ini. Akhirnya berbagai perbaikan pun dilakukan untuk menaikan gaji pegawai. Tidak hanya itu saja, PT KAI yang dulunya merugi sekarang sudah untung walaupun masih sedikit.
Stasiun Senen dulu saat lebaran selalu kacau penanganannya. Saat ditanya kenapa bisa kacau begini? Ya, memang begitu Pak. Apakah bisa dirubah? Susah Pak. Tapi Pak Jonan berani mengambil tanggungjawab untuk menertibkan dan mengaturnya. Hingga sampai sekarang Stasiun Senen sudah bagus dan aman, penumpang saat lebaran lebih teratur. Soal subsidi memang Pak Jonan juga menyampaikan agar kalau kita tidak layak untuk disubsidi sebaiknya subsidi jangan diambil. Berikan subsidi tersebut pada orang yang benar-benar membutuhkan. Beliau juga bercerita pengalamannya waktu Pak Sofyan Djalil (Menteri Koordinator Ekonomi Kabinet Kerja) minta tolong rekomendasi buat anaknya yang akan kuliah di salah satu universitas di Amerika Serikat tempat Pak Jonan menimba ilmu. Waktu itu Pak Jonan menawarkan beasiswa untuk anak Pak Sofyan Djalil. Pak Sofyan Djalil menjawab,” biarlah beasiswa itu dipakai oleh orang yang membutuhkan Pak. Kami masih cukup untuk membiayai kuliahnya.”
“Siapa yang tiga Minggu terakhir ini ke stasiun senen? Sudah semakin baik dan bagus kan? Teriak Pak Jonan. Pak Dino dan Pak Yohanes sudah pernah ke senen? Tampak dua orang tersebut hanya senyum-senyum saja. Tenang Pak, sekarang stasiun senen sudah baik dan aman,” sambung Pak Jonan.
Setiap orang punya pengalaman dan jalan hidupnya sendiri. Tapi belajar dari pengalaman orang lain tidak ada salahnya, entah itu pengalaman berjuang, berhasil maupun pengalaman gagal sekali pun. Malam itu 1.600 orang mendapat pancaran energi dan semangat positif untuk terus maju dan membangun Indonesia menjadi lebih Hebat dan Jaya! Terimakasih buat Pak Dino yang konsisten membuat acara ini untuk anak muda Indonesia. Semoga tidak hanya di Jakarta tapi anak muda di kota-kota lain di Indonesia juga bisa mendapatkan suntikan semangat ini.